Senin, 16 April 2012

Melawan Sisi Gelap Internet

Semua orang tahu, Internet bukan hanya menyediakan informasi yang bermanfaat seperti berita atau ilmu pengetahuan. Pornografi, pembajakan dan yang lainnya juga tumbuh subur di sisi gelap Internet.
Pornografi tersebar melalui situs-situs porno. Tetapi bukan hanya itu, pornografi bisa didapatkan melalui email, jaringan pertukaran file antar pengguna (P2P), chatroom dan mailing list.
Arief A. Yudanarko, Customer Service PT RadNet Surabaya, adalah salah satu pihak yang memprihatinkan maraknya materi pornografi di Internet, khususnya yang bermuatan lokal. Menurutnya, beberapa materi tersebut sudah kelewatan.
“Gambar-gambar yang ditampilkan sangat provokatif seolah hendak mengatakan, ini lho kelakuan mereka yang kelihatannya alim,” tutur Arief
Arief tidak tinggal diam menyaksikan perbuatan seperti itu. Bersama beberapa rekannya yang memiliki keahlian dalam bidang Teknologi Informasi (baca:hacker), mengkoordinasikan pelacakan aktifitas pornografi seperti itu. Temuannya cukup mengejutkan!
“Arahnya jelas, mereka ingin melucuti muslimah,” kata Arief. Bahkan beberapa mailing list yang ditemukan Arief bersama timnya memiliki muatan-muatan yang lebih mengerikan.
“Milis ini seolah hendak memunculkan bahaya laten, karena sifatnya yang berandai-andai memperkosa para muslimah berjilbab,” lanjut Arief. Menurut Arief, komunitas itu menyebarkan informasi yang sangat detil tentang strategi memperdaya wanita baik-baik.
Meskipun yang beredar di komunitas tersebut hanya sebatas fantasi, Arief mengkhawatirkan kalau hal tersebut dipraktekkan di dunia nyata. “Saya katakan bisa menjadi bahaya laten, karena sangat mungkin dipraktekkan di dunia nyata,” tuturnya.
“Beberapa mailing list sudah ditutup oleh YahooGroups, setelah kami ramai-ramai kirim laporan abuse,” kata Arief. Akan tetapi mailing list itu seperti tidak pernah menghilang,
Dikatakan Arief gambar-gambar yang beredar, di mailing list dan situs-situs tersebut, 80 persennya adalah hasil rekayasa komputer. “Tapi ada beberapa yang dari hidden camera,” jelas Arief. Selain itu beberapa menampilkan gambar model yang mengenakan pakaian tertutup (jilbab). “Itu dulu pernah muncul dan beredar, tapi sudah ditutup,” kata Arief.
Terlacak Sampai Yogya!
Arief A. Yudanarko dan kawan-kawan tidak mau tinggal diam melihat materi-materi amoral ditampilkan di Internet. Usaha mereka melawan lewat Internet dirasa kurang efektif, kini mereka bersiap-siap untuk muncul ke permukaan. Pelakunya terlacak sampai ke Yogya!
“Kami coba cari strategi lain, yaitu melacak sampai ke alamat daratnya,” kata Arief. Dia dkk kemudian mencoba melakukan pelacakan. Karena pelacakan dari situs porno agak sulit dilakukan, mereka berusaha melacak melalui mailing list.
“(Prosesnya) cepatsekali dan kami terus memantau, begitu ada upload lagi kami bisa dapatkan lokasinya” kata Arief. Hal pertama yang dimanfaatkan Arief adalah header email yang digunakan mereka, kemudian tim pelacak yang dikoordinasikan oleh Arief akan mencari IP Address, ISP Pengguna hingga lokasi pengguna dimana.
Hasil pelacakan tim ini cukup menggembirakan. “Sampai minggu lalu kami punya tiga lokasi warnet yang dipakai upload gambar,” jelas Arief. Ketiga warnet tersebut berada di Yogya dan menurut Arief telah dikonfirmasikan keberadaannya.
Arief rencananya akan membentuk koordinasi secara nasional untuk menggalang anti pornografi ini. “Kami akan menunjuk contact person di setiap kota yang mungkin, nantinya mereka akan punya tim untuk kampanye dan buser, jika saatnya tiba,” Arief memaparkan.
Arief juga mengagendakan kerjasama dengan penegak hukum. Nantinya jika mereka melakukan penggrebekan dan penangkapan, mereka akan menyerahkan pelakunya pada polisi. Kelompok ini tidak ingin melakukan perlawanan secara cyber, karena selain tidak efektif perlawanan tersebut bisa menjadi bumerang bagi mereka. “Kami bukan hacker yang seperti itu,” imbuh Arief.

http://yudhim.blogspot.com/2008/02/melawan-sisi-gelap-internet.html

GALAKKAN INTERNET BERSIH, STOP SITUS MAKSIAT!

eramuslim - Salah satu krisis di Indonesia yang berpotensi terjadinya
pergeseran nilai dari para generasi dan masyarakat umumnya, adalah
krisis akhlak dan kebudayaan. Salah satu penyumbang cukup besar dalam
menghantarkan krisis akhlak ini adalah dengan masuknya media internet
ke Indonesia. Hadirnya akses internet merupakan media yang tidak bisa
dihindari, karena telah menjadi suatu peradaban baru dalam dunia
informasi dan komunikasi tingkat global.

Dengan adanya akses internet, maka sangat banyak informasi yang dapat
dan layak diakses oleh masyarakat Indonesia, baik untuk kepentingan
pribadi, pendidikan, bisnis, dan lain-lain. Penulis sungguh sangat
merasakan dengan adanya internet adalah sebuah revolusi dalam dunia
informasi. Untuk mencari informasi sebuah referensi atau produk yang
ternyata sulit didapat sebelumnya, dengan adanya internet dalam
hitungaan menit informasi tersebut dapat diperoleh langsung dihadapan
mata, padahal data tersebut ternyata berasal dari negara lain. Dan dengan memalui internet juga, komunikasi antar negara menjadi
sangat murah, katakan saja dengan teknologi VOIP.

Namun sayang sekali, bersamaan dengan masuknya internet ke negeri
yang dulu dikenal masyarakatnya sopan santun, berpakaian rapih,
berbudaya baik dan berbudi luhur, saling menjaga kehormatan, dan
berakhlak mulia, kini telah berubah drastis akhlak menjadi kotor,
budaya menjadi serba kebarat-baratan dalam hal kebebasan berekspresi
terutama terkait seksualitas.

Tiada lain penyebab utamanya adalah adanya informasi yang dapat
diakses memalui internet berupa bertebarannya situs-situs maksiat,
pornografi. Lagi-lagi, Indonesia adalah termasuk negara yang sangat
lamban dalam menyikapi berbagai kondisi buruk sepert ini. Lihat saja
di negara lain, Cina, Pakistan , misalnya pemerintah terjun langsung
dalam upaya mengamankan masyarakatnya terhadap serangan pengkotoran
akhlak dan moral. Berbagai metode dilakukan, ada yang membatasi
jumlah warnet, ada yang menerapkan pemakaian perangkat lunak untuk
mengawasi akses ke situs-situs kotor dapi menarik tersebut, dan
langkah-langkah nyata lainnya yang diterapkan sesuai kondisi dan
situasi negara bersangkutan.

Di China, pernah dilakukan penutupan ratuan warung internet, lain
lagi di Pakistan komputer untuk warnet tidak boleh tertutup atau
harus terbuka. Tapi efektifkah upaya sejenis itu untuk membatasi
masyarakat akses ke situs-situs porno?

Bagaimana di Indonesia? usaha dan kebijakan apa yang dilakukan
pemerintah untuk membatasi akses internet ke situs porno? Penulis
belum bisa mengatakan dengan pasti, karena hingga saat ini belum
mendengar adanya larangan untuk mengakses informasi maksiat tersebut,
sebagai tanda tidak ada keseriusan pemerintah dalam menyelamatkan
akhlak genearasi dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Bahkan ada yang meprediksi, jika akses ke situs-situs maksiat
tersebut di blokir, maka usaha ISP, warnet bisa bangkrut. Jika hal
ini diketahui oleh pengusaha ISP atau warnet, bahwa bisnisnya meraih
untung dari adanya akses ke situs=situs maksiat, maka apa bedanya
dengan bisnis lainnya yang menjalankan maksiat? Apakah rela dan
nyaman mendapatkan untung dari usaha maksiat? Tentunya akal sehat dan
hati nurani tidak akan setuju akan hal tersebut.

Ada juga yang berpendapat, bahwa akses internet adalah menjadi
tanggungjawab pribadi masing-masing, atau filter terhadap situs
maksiat ada pada diri pribadi. Tentunya rambu-rambu ini akan efektif,
manakala masyarakat keseluruhan telah memiliki benteng keimaman yang
tinggi. Walaupun tidak ada yang melihat, namun karena percaya dan
yakin disaksikan oleh Sang Pencipta, maka pengguna internet dimanapun
berada, baik ditempat terbuka mapun tertutup akan menjaga untuk tidak
maksiat dengan internet.

Kekhawatiran akan efek buruk dari kebebasan akses internet dirasakan
paling besar oleh para orang tua, dimana putra putrinya yang masih
duduk di SLTA, SMA, dan perguruan tinggi dapat dengan bebas mengakses
internet ditempat-tempat umum seperti warnet.

Pada tulisan ini tidak perlu dibeberkan efek buru jika manusia dengan
sering dan mudahnya mengakses gambar-gambar dan video pornografy,
pasti masyarakat sudah mengetahui keburukannya.

Senjata apa yang paling efektif untuk mencegah masyarakat mengakses
situs-situs maksiat?

Pertama, Peraturan Pemerintah

Penulis hanya yakin, langkah efektif yang mampu memblokir ke situs
maksiat tersebut adalah harus dilakukan oleh pemerintah dengan
mengeluarkan peraturan agar para pengusaha terutama ISP dan warnet
atau pengusaha layanan internet lainnya memblokir ke situs-situs
porno tersebut. Memang membutuhkan keberanian dan upaya kontrol yang
terus-menerus dari pengusaha ISP tersebut. Keberanian untuk membangun
akses internet bersih, penuh manfaat.


Kedua, Pengawasan Orang Tua pada Putra-Putrinya

Upaya ini harus tetap dan terus-menerus dilakukan. Janganlah
membiarkan dengan bebas putra-putri Anda mengakses internet di
warnet, atau di sekolah tanpa sepengetahuan orang tua. Sebaiknya
selalu diberikan saran dan menanyakan keperluannya mengakses internet
untuk apa. Begitu juga bagi yang memiliki akses di rumah, sebaiknya
diawasi orang tua. Dengan kata lain orang tua harus peduli atas
kegiatan anaknya terutama terkait dengan akses internet.

Ketiga, Kontrol Tokoh Masyarakat Pada Internet

Para guru, dosen, pimpinan perusahaan, pimpinan lembaga, 'ulama,
tokoh masyarakat, melakukan kontrol dengan memberikan nasihat,
ceramah, atau mengeluarkan peraturan agar menggunakan internet untuk
kebutughan akses informasi yang bermanfaat, bukan maksiat.

Seperti halnya acara televisi yang semakin bebas menampilkan acara- acara berbau maksiat, maka upaya yang paling efektif adalah
menghentikan program tersebut oleh stasiun televisi bersangkutan.
Jika semua diserahkan kepada penonton, maka jelas acara yang berbau
maksiat akan memiliki rating tinggi sehubungan jalan menuju neraka
pasti akan banyak temannya, dan pendukungnya, terutama setan.

Catatan terakhir, penulis ingin mengingatkan, bahwa kerusakan akhlak
generasi muda salah satu yang bertanggungjawab adalah para pengusaha
internet, tentunya tanggungjawab dunia akhirat yang harus
dipertanggungjawabkan masing-masing. Penulis yakin, tidak ada satu
agamapun yang membolehkan pengikutnya untuk terbiasa berbuat maksiat.
Oleh karena itu mari kita galakan internet bersih, dan stop akses ke
situs-situs maksiat.

Demokrasi Lingkungan dan Kesejahteraan Rakyat

Jenuh sekali apabila melihat perdebatan “orang-orang tua” mengenai korelasi antara demokrasi dengan kesejahteraan rakyat. Perdebatan ini dimulai dengan ungkapan bahwa demokrasi hanyalah alat untuk mencapai kesejahteraan. Dalam posisi awal seperti ini, timbul semacam pandangan utilitarian bahwa cara apapun bisa digunakan untuk mencapai kesejahteraan yang diidamkan oleh rakyat – kebahagiaan, meskipun tidak melalui demokrasi. Bagi masyarakat yang skeptis (dan putus asa), maka mereka akan merasa bahwa demokrasi yang dijanjikan 10 tahun yang lalu oleh Reformasi, belum memberikan kontribusi yang signifikan. Semenjak Pemilu dan 290 Pilkada (sampai Desember 2006 – LSI, 2007) yang diselenggarakan di Indonesia, Human Development Index Indonesia masih berada di peringkat 107 dari 177 negara (UNDP, 2007). Kita kalah dengan Vietnam yang berhasil naik 4 peringkat dari tahun sebelumnya sehingga berada di peringkat 105. Perlu dicatat, Vietnam masih berada dalam rezim otoriter, hanya ada satu partai yakni partai sosialis republik mereka. Jika dibandingkan dengan Indonesia, ada 24 Partai Politik pada Pemilu 2004 dan belum ditambah mereka yang ingin berlomba di Pemilu 2009 mendatang. Akhirnya timbul pertanyaan, apakah demokrasi yang dijanjikan itu memang betul bisa membawa kesejahteraan?


Kondisi yang sebetulnya sudah terlihat sangat jelas adalah bahwa sejarah sudah memberikan pelajaran bagaimana rezim pemerintahan yang otoriter dan tertutup tidak akan membawa kesejahteraan rakyat yang riil. Meskipun Orde Baru telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan, namun pembangunan tersebut tidak menyeluruh karena terpusat kepada sistem birokrasi yang sarat dengan korupsi dan tidak berintegritas.

Masyarakat tidak perlu berkecil hati, patokan untuk demokrasi tidak dilihat dari berapa banyak partai dan berapa banyak pilkada yang sudah diselenggarakan karena ini hanyalah aspek prosedural dari demokrasi. Demokrasi secara substansial, pemenuhan hak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pemerintahan, masih belum dilaksanakan. Singkat kata, suara rakyat masih belum didengarkan, terutama dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan lingkungan hidup.

Pembangunan ekonomi di Indonesia masih sangat bergantung pada sumber daya alam (resource based economy), sementara itu kondisi empiris menyatakan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia masih belum optimal dalam peningkatan pendapatan nasional dan peningkatan kesejahteraan rakyat (Bappenas, 2004). Hal ini karena demokrasi ekonomi yang dijanjikan dalam Pasal 33 UUD 1945 belum terlaksanakan; rakyat tidak diikutsertakan dalam penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di Indonesia. Sebaliknya, justru rakyat yang terkena dampak negatif pengelolaan sumber daya alam yang tidak transparan.

Ketika negara menjadi pihak dalam suatu perjanjian pengelolaan sumber daya alam – seperti Kontrak Karya pertambangan, Production Sharing Contract minyak dan gas bumi, bahkan Hak Pengelolaan Hutan – apakah kepentingan rakyat hilang karena dianggap sudah diwakili oleh Pemerintah? Seperti pasien yang mempunyai hak informed consent dari seorang dokter, seharusnya hal serupa juga berlaku bagi masyarakat untuk berhak mengetahui seluk beluk dari rencana pengambilan kebijakan dari Pemerintah yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini karena segala hal yang berkaitan dengan kebijakan Pemerintah, yang langsung mendapatkan dampaknya adalah masyarakat.

Kepentingan rakyat dan pemerintah ini sepatutnya dijembatani oleh prinsip demokrasi lingkungan, yakni pemenuhan hak publik atas informasi, hak publik untuk berpartisipasi, dan hak publik terhadap keadilan dalam pengambilan kebijakan lingkungan. Pada dasarnya suatu proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana keputusan diimplementasikan di berbagai tingkat pemerintahan harus memenuhi tiga prinsip tadi agar tercapai keseimbangan antara kepentingan pembangunan ekonomi dan perlindungan terhadap lingkungan yang tentunya berdampak pada manusia.

Demokrasi lingkungan bukan hal yang baru karena Indonesia sudah mengambil komitmen ini pada saat Deklarasi Rio di tahun 1992 dan World Summit on Sustainable Development di tahun 2002. Tetapi kondisi empiris berkata lain karena komitmen untuk melaksanakan demokrasi lingkungan ini belum sampai di tahap pelaksanaan yang benar-benar serius. Contohnya, apakah akan ada kasus lingkungan seperti lumpur panas di Sidoarjo apabila rakyat setempat mempunyai kesempatan terlebih dahulu untuk mengetahui dampak suatu proyek gas bumi di sana?

Seandainya informed consent terhadap proyek-proyek seperti itu diberikan kepada masyarakat, bencana lingkungan (yang terutama karena kelalaian manusia) akan lebih mudah dihindarkan. Biaya yang dikeluarkan untuk mitigasi suatu bencana akan jauh lebih berguna apabila bencana tersebut dihindari dan biaya tersebut digunakan untuk investasi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Demokrasi per se tidak cukup untuk menjadi jaminan peningkatan kesejahteraan, namun bagaimana kita menjalankan demokrasi tersebut yang bisa menentukan peningkatan kesejahteraan tadi.

Demokrasi lingkungan tidak hanya butuh komitmen dari Kementerian Lingkungan Hidup tetapi juga dari Lembaga-Lembaga Pemerintah dan Departemen-Departemen lainnya, seperti Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kehutanan, dsb. Saat ini pun urgensinya tidak hanya untuk pengelolaan sumber daya alam di Indonesia saja, namun bisa untuk menghindari bencana lingkungan global, yakni perubahan iklim. Bappenas di sini bisa mengambil langkah untuk menjalankan prinsip demokrasi lingkungan dalam menentukan arah kebijakan makro yang ramah terhadap perubahan iklim (climate friendly laws). Tidak hanya itu, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai peran penting dalam menjalankan fungsi budgeting mereka dalam melakukan alokasi APBN yang memprioritaskan masyarakat marginal yang akan terkena dampak langsung dari perubahan iklim; para petani dan nelayan kita yang mendambakan kesempatan untuk bisa memajukan diri mereka sendiri.

Saya, sebagai generasi muda, justru heran mengapa orang-orang berdebat tentang penting atau tidaknya demokrasi. Saya lebih heran lagi ketika orang-orang yang berdebat itu adalah mereka yang dipilih melalui sistem demokrasi itu sendiri. Pak, Bu, tidak ada waktu yang lebih baik daripada saat ini untuk menjalankan komitmen terhadap rakyat, khususnya komitmen dalam mengambil kebijakan lingkungan yang pro masyarakat marginal.

http://yudhim.blogspot.com/2008/02/demokrasi-lingkungan-dan-kesejahteraan.html

Membedah Kejahatan Internet di Indonesia

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Pupuk dari rambut manusia?


Seorang ahli tata rambut dari dari Alabama bernama Phil McCrory berexperimen untuk menggunakan sisa rambut tersebut setelah melihat kapal minyak yang menumpahkan minyak dan mengenai binatang-binatang berbulu di Alaska. Ternyata, rambut bisa dibuat semacam lap majun yang menyerap minyak. Sekarang majun rambut tersebut malah dipakai oleh organisasi di San Fransisco untuk menyerap sisa tumpahan minyak di pantai.
Ternyata, Phil McCrory juga bereksperimen dengan rambut untuk dipakai sebagai pupuk dan sangat berhasil. Produknya dapat anda lihat di website SmartGrow.com yang menjual dan memberi petunjuk pemakaian. Produknya itu juga memakai hair mat (keset rambut) yang ditaro dibagian bawah atau atas pot sebagai pupuk karena kalau menurut penelitian ternyatamemil rambut iki tingkat kadar nitrogen sebesar 15% yang dapat dipakai oleh tanaman sebagai pupuk.
Selain itu, karena rambut memiliki bau manusia, maka menurut seattlepi.com produk SmartGrow atau kalau saya bilang pupuk rambut dapat juga mengusir binatang yang suka merusak tanaman. Jadi dengan pupuk rambut itu kita memberi nutrisi sekalian menjaga tanaman kita dari binatang.
Kebetulan juga pada akhir pekan lalu saya baru saja membeli hair clipper merek Wahl untuk mencukur rambut saya dan anak saya. Paling tidak bisa terus menjaga rambut tetap pendek dan menghemat pengeluaran ke salon juga dan saya juga mau mencoba memakai sisa rambut tersebut sebagai pupuk untuk tanaman di rumah. Nanti kalau berhasil akan saya tulis lagi.
Untuk anda yang suka mencukur rambut anak di rumah juga boleh mencobanya. Kalau SmartGrow sudah dibuat menjadi semacam keset, kita coba saja rambut langsung ke pot dan taman. Mudah-mudahan berhasil.